Garis Akhir Sudah Menanti

 Langkah kaki Shani bergema di sepanjang lorong panggung. Gaun biru kelam bertabur kelopak bunga melambai di setiap geraknya, seolah-olah ikut menyemangati dirinya yang tengah bertarung melawan perasaan haru. Di sisi kanan dan kiri, para penonton berdiri, bertepuk tangan, ada yang berteriak memanggil namanya, ada pula yang diam dengan mata berkaca-kaca.

Namun telinga Shani hanya mendengar satu suara: suara hatinya sendiri.

"Jangan berhenti, Shani. Garis akhir sudah menanti."

Tangannya terangkat sedikit, seolah menyentuh cahaya yang memancar dari atas. Setiap langkah yang ia tinggalkan terasa berat, namun juga berarti. Di balik gemerlap panggung ini, ada ribuan hari penuh kerja keras, air mata yang tak pernah dilihat siapa pun, dan mimpi-mimpi kecil yang perlahan ia rangkai hingga menjadi nyata.

Shani tersenyum kecil. Bukan senyum kemenangan, melainkan senyum penuh syukur.

Di satu sudut pikirannya, ia teringat hari-hari pertamanya. Saat masih ragu, saat masih bertanya-tanya apakah dirinya cukup layak untuk berdiri di dunia yang penuh cahaya ini. Namun kini, semua jejak itu telah membentuk jalan setapak menuju tempat yang bahkan tak pernah ia bayangkan bisa dicapai.

Seorang gadis kecil di antara kerumunan melambai ke arahnya sambil memegang sebuah poster bertuliskan, "Ci Shani, aku ingin sepertimu!"

Hatinya bergetar. Ia tahu, ini bukan lagi sekadar tentang dirinya sendiri. Ini tentang semua mimpi yang lahir dari perjuangannya. Ini tentang semua orang yang percaya bahwa mimpi layak untuk diperjuangkan, walau harus tersandung, jatuh, dan terluka berkali-kali.

Lorong itu terasa panjang. Namun Shani tidak mempercepat langkahnya. Ia ingin mengukir setiap detiknya di hatinya. Ia ingin mengenang rasa takut, harapan, tangis, dan tawa yang membentuk siapa dirinya hari ini.

Saat akhirnya ia sampai di ujung panggung, sebuah cahaya lembut menyambutnya. Di sana, tempat garis akhir menantinya, Shani berhenti sejenak. Ia menoleh ke belakang, melihat jejak-jejak langkah yang telah ia ukir.

"Setiap langkah yang kau tinggalkan adalah jejak dari mimpi yang telah kau perjuangkan."

Dengan hati yang penuh keberanian, Shani melangkah maju ke dalam cahaya itu, membawa semua kenangan, semua luka, dan semua cinta yang pernah ia rasakan. Ia tahu, ini bukanlah akhir. Ini hanyalah awal dari perjalanan baru.

Karena mimpi yang diperjuangkan dengan sepenuh hati...

tak pernah benar-benar berakhir.

Komentar